Home » » Pemimpin Adalah Cerminan Rakyat, Sebuah Refleksi

Pemimpin Adalah Cerminan Rakyat, Sebuah Refleksi

Written By Unknown on Friday, 4 April 2014 | 20:22

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du [13] : 11)


Kutipan di atas adalah terjemahan satu ayat dari kitab suci Al-Qur'an, sebagai orang beragama khususnya bagi muslim, kabar dari kitab suci tentu harus bisa menjadi perhatian tersendiri terkait dengan kehidupan yang dijalani sehari-hari.

Apalagi tahun 2014 ini, kerap disebut tahun politik, karena akan ada pemilihan umum (PEMILU) yang katanya disebut pesta rakyat atau pesta demokrasi. Gonjang-ganjing pemberitaan tentang persaingan atau pertempuran antar partai politik makin panas, kampanye putih maupun hitam silih berganti berputar di media massa, cetak , elektronik maupun sosial media di internet. Pun para pendukung masing-masing parpol tak kalah terjun ke galanggang untuk meramaikan kampanye di sosial media seperti, twitter, facebook dan lain-lain. Tujuannya adalah tentu agar parpol, calon wakil rakyat atau calon pemimpin bisa terpilih karena menganggap merekalah yang terbaik diantara yang lain. Mereka menganggap pemimpin mereka akan menjadi solusi permasalahan yang komplek di negeri ini, seperti isu perbaikan ekonomi, mengurangi kemiskinan, keadilan, harga-harga sembako, buruh dan upahnya, kesehatan dan pendidikan murah, ketergantungan utang, kapitalisme-liberalisme sumber daya energi, dan isu-isu lainnya.

Ada baiknya kita sebagai rakyat biasa sedikit merenung, setelah hiruk-pikuk politik praktis pesta demokrasi ini selesai akankah kita hanya sekedar menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya? Terlepas apakah jagoan kita terpilih atau tidak. Apakah kita hanya menunggu hasil kinerja seratus hari, satu tahun, dua tahun, tiga tahun dan seterusnya, sementara kita kembali beraktivitas sediakala, sambil menunggu wakil rakyat dan pemimpin kita mencari solusi isu-isu rumit yang mendera negeri ini? Hingga akhirnya sampai lima tahun lagi terjadi kehebohan serupa?

Seorang profesional bapak Adriano R. yang aktif sebagai konsultan, di halaman sebuah sosial media menulis --yang penulis dapat simpulkan-- bahwa beliau memiliki keyakinan bahwa bahasa diplomasi, perundingan atau negosiasi pada akhirnya tetap akan berpengaruh akan keputusan pemimpin atau pemerintah, entah suara-suara dari staf ahli, penasihat, konsultan maupun pembisik yang memiliki kapasitas, "Influence is more powerful than authority", tulisnya. Bagi penulis pendapat tersebut berkesesuaian dengan realita. Pihak-pihak yang berpengaruh tersebut bisa dari kalangan profesional, pengusaha, komunitas dan organisasi masyarakat, angkatan bersenjata, bahkan bisa jadi pihak asing. Merekalah yang memiliki pengaruh besar untuk memberi ide, saran atau solusi, bahkan juga tekanan atas kebijakan, terlepas mereka ikut memilih dalam PEMILU atau tidak memilih (golput). Apalagi biaya pesta demokrasi yang cukup mahal, tentu hubungan antara politisi dan pengusaha bisa dianggap menjadi sebuah kewajaran untuk bisa sukses menggelar kampanye karena butuh modal yang besar. Padahal kalau dihitung, kalangan pengusaha itu jumlahnya minoritas daripada jumlah total masyarakat yang ikut pemilu, namun bisa jadi suara dari kalangan pengusaha pendukung parpol tersebut malah bisa lebih berpengaruh daripada masyarakat biasa yang memilih wakil dan pemimpin mereka lewat PEMILU.

Pemimpin Adalah Cerminan dari Rakyatnya

Seorang sahabat sekaligus menantu nabi Muhammad S.A.W, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pada saat menjadi khalifah pernah ditanya oleh seseorang: 

"Mengapa saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai khalifah kondisinya tertib, namun saat Utsman dan engkau yang menjadi khalifah kondisinya kacau? 

Jawab Ali: "Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka didukung oleh orang-orang seperti aku dan Utsman, namun saat Utsman dan aku yang menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang sepertimu"(Syadzaraat Adz Dzhahab 1/51.) [1]

Sebuah kutipan dari seorang Ulama Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan (terjemahan-red.),

“Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan. Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya." (Miftah Daaris Sa’adah, 2/177-178)[ 2]

Jadi sudah saatnya kita bersama untuk introspeksi diri, tidak perlu rakyat selalu menyalahkan pemimpin. Krisis multi dimensi seperti suap-menyuap, korupsi, hutang yang besar, ketidakadilan, mementingkan kelompok sendiri dan yang lainnya, di kalangan pemimpin kesemuanya sebuah cerminan bagaimana kondisi masyarakatnya. Ada sebuah ayat lagi yang bisa menjadi renungan bersama.

"Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi penguasa bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan." (QS. Al An’aam: 129).

Jika kita telah mengetahui hikmah rahasia ini sudah tentu sebagai masyarakat biasa mau tidak mau harus ikut berperan aktif. Tidak hanya sekedar ikut PEMILU ataupun golput, kemudian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari tidak ada gerakan bahkan niat untuk perubahan walau dalam hal yang kecil. Tapi lebih dari itu, ikut aktif merubah diri sendiri, lingkungan terdekat, untuk menjadi bagian dari pemecahan masalah yang pada akhirnya mampu merubah wajah negeri ini.  Wallahu'alam.

Semoga tulisan ini, bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri.

catatan:
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HotSpot Murah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger