Home » » Mall Untuk Pedagang PKL

Mall Untuk Pedagang PKL

Written By Unknown on Wednesday 27 February 2013 | 04:12

Herman Malano, Mantan PKL Membangun Mall untuk PKL

Ia memulainya dengan pengalaman pahit menjadi seorang pedagang kaki lima (PKL). Akhirnya, dengan kecintaannya terhadap PKL, tanpa berorientasi profit, akhinrya terbangunlah pasar modern untuk PKL. Ini-lah solusi nyata yang ditunjukkan Herman Malano dalam mendukung keberadaan PKL. 

Ia adalah mantan PKL yang telah berhasil memba­ngun mall untuk PKL yaitu Bambu Kuning Square (BKS) di Tanjung-karang, Lampung dengan luas area bangunan 6.800 meter persegi. BKS ini adalah satu-satunya pasar modern pertama yang dibangun untuk PKL.

Pergelutannya dengan kehidupan pasar,  sudah dirasakannya sejak kanak-kanak sewaktu ia membantu orang tuanya sebagai pedagang dan menjadi pedagang serabutan di pasar tradisional. Sosok pejuang pedagang lemah ini semakin bersemangat untuk mewujudkan cita-cita membangun tempat yang layak, murah dan legal bagi PKL, meskipun ia tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah, perbankan maupun pengembang komersial.  tak kenal lelah dan demi kecintaaanya kepada pedagang kecil itulah yang memodali pria kelahiran Teluk Kuantan, Indragiri Hulu, ini yakin dapat mewujudkan mimpinya itu ditengah cemoohan, cercaandan godaan. Dan, dari para pedagang kaki limalah ia mendapatkan dorongan yang kuat untuk turut merealisasikan mimpinya itu. 

Awal ide pembangunan sentra perdagangan BKS tersebut, dalam benak Herman hanya terbesik bagaimana ia dapat menyelamatkan para pedagang kaki lima dari rasa kecemasan yang terus menggelantungi ia dan teman-teman sesama pedagang. Takut lapaknya diobrak-abrik atau ditertibkan pemerintah, sementara pasar baru yang dibangun pemerintah dari hasil pengusuran biasanya dihargai mahal dan PKL pun tidak mampu membeli.

Herman terus bergerak, ia melobi petinggi PT Kereta Api Indonesia (KAI) di Bandung, Jawa Barat, sejak 2007 untuk mendapatkan lokasi pembangunan pusat perdagangan itu. Ikhtiar Herman akhirnya menorehkan hasil, ia mendapatkan izin prinsip pemanfaatan tanah seluas 6.800 meter persegi milik PT. KAI yang telah lama terlantar. Padahal, lokasi tersebut saat itu, baik pemerintah daerah maupun pengembang komersial banyak yang mengincar lokasi strategis itu.

Takkan Padam Demi PKL

Dari hasil itu, kemudian ia membentuk sebuah perusahaan pengembang bernama PT Istana Karya Mandiri (IKM) untuk mewujudkan mimpinya membangun mall bagi PKL. Berdirinya IKM bukanlah semata-mata berorintasi profit demi untuk merea­lisasikan pembangunan BKS untuk pedagang kecil dapat terjaga.
Bukan hal yang mudah didapat seorang Herman bersama IKM untuk mendapatkan bantuan uang segar  untuk pembanguan BKS yang saat itu diperlukan sekitar Rp 4 milyar. Pengajuan pinjaman kredit kepada pihak perbankan ditolak berkali-kali, karena alasan pembangunan BKS belum mengantongi kelengkapan kerja sama operasi (KSO) dengan PT KAI. Herman tidak pantang mundur. Meskipun tanpa akta KSO, pembangunan BKS tetap dilaksanakan. Dengan menjual murah sebuah aset pribadinya senilai Rp 2 milyar, ia mendanai awal pembangunan BKS tersebut.

Dana pembangunan selanjutnya, ia dapatkan dari para PKL dengan cara mencicil uang pembelian toko dengan sistem fleksibel. Dan khusus bagi pedagang yang mampu, mereka diharapkan dapat membeli secara tunai atau bertahap. Untuk PKL dibandrol harga per meter persegi toko senilai Rp 8 juta, sementara untuk harga umum dikenakan Rp 13 juta per meter persegi untuk mendapatkan kios di BKS tersebut.

Kenekatan pun ia lakukan dengan mengundang Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Pusat Prabowo Subianto untuk meletakkan batu pertama pembangunan BKS pada 22 Januari  2009 lalu. Tujuannya adalah agar pedagang kecil yang akan mendapatkan kios di pasar modern tersebut mendapatkan simpati dan dukungan banyak kalangan, termasuk para pejabat.

Menurut Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang Provinsi Lampung ini, pendirian BKS pun akhirnya dapat terwujud saat bersamaan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun lalu. Sebuah kado pria yang mengidolakan Muhammad Yunus, penerima Nobel dan pendiri Grameen Bank ini dipersembahkan kepada pedagang lemah dan bangsa ini dengan karya nyata.

Keinginannya menduplikasi BKS ini ke-33 provinsi di bumi Indonesia memotivasi hari-harinya agar semakin banyak pedagang kecil di Indonesia dapat memperbaiki nasib. Tumbuhnya pasar-pasar bernuansa idealis kerakyatan yang nantinya dapat mengankat pedagang kecil memiliki kios sendiri di serupa pasar modern.


Sumber: Majalah Swara Cinta, Tahun II/Januari-Februari 2013
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HotSpot Murah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger