Teuku Chaidil (pemilik ACEH JEZZ BURGER ) menuturkan, “25 April 1962 lahirlah saya dari seorang ibu bernama Cut Nurhayati, ayah saya bernama Teuku Adjoeran yang bekerja di kantor DOLOG. Kami mempunyai saudara kandung 9 orang dari dua ibu, ibu tiri saya bernama Siti Sofiah, saya anak ke tiga, saudara laki laki ada 5 dan saudara perempuan ada 4. Pendidikan awal dimulai dengan sekolah di TK Bayangkari Banda Aceh, SD 26 Banda Aceh, SMP 3 Banda Aceh. Pada sore hari saya belajar mengaji pada seorang ustad.
Baru setahun sekolah di SMP 3 Banda Aceh orang tua saya dapat promosi jabatan menjadi kepala Sub Depot logistik Lhoseumawe, dan sayapun ikut serta pindah ke Lhokseumawe. Di Lhokseumawe saya masuk SMP 1 , kemudian melanjutkan lagi SMA ADIDHARMA Banda Aceh , kemudian saya pindah ke SMA 2 Banda Aceh, kemudian pindah lagi SMA 1 Lhokseumawe. Tahun 1994 saya lulus sekolah SMA dan diterima di Fakultas Pertanian Unsyiah.
Setelah menyelesaikan Kuliah pada tahun 1991 saya mendapat pekerjaan di PT. SEMEN ANDALAS INDONESIA ( perusahaan Asing) pada departemen Public relation untuk bidang Community Development dengan masa kontrak kerja 2 tahun.
Keluar dari PT Semen Andalas pada tahun 1993 saya bekerja di CV MIRZEN pada departemen pertamanan.
Sambil bekerja di CV Mirzen saya membuka sebuah unit usaha Burger di kaki lima pada tahun 1994 di Jalan Teuku Umar Setui Banda Aceh dan kami PELOPOR BURGER di ACEH.
Ide untuk berjualan burger muncul ketika saya sedang melakukan perjalananan ke kota Medan, saat itu saya melihat banyak pedagang burger di kaki lima yang sukses.
Kemudian saya melakukan survei dan mewawancarai pedagang Burger kaki lima tentang kiat kesuksesan mereka. Dari situ mulailah timbul keberanian saya untuk berjualan Burger bersama dengan seorang karyawan saya.
Dengan bermodalkan uang Rp. 500.000 saya mulai berdagang burger dan roti bakar.
Alhamdulillah, qadarullah usaha yang saya tekuni berjalan baik, penjualan kian hari semakin meningkat terus, modal awal Rp. 500.000 dapat tertutupi pada bulan pertama.
Rata- rata penjualan perhari mencapai 100 porsi dengan omzet perhari pada bulan pertama Rp. 250.000. Omzet perhari terus bertambah, sampai pada tahun pertama omzet mencapai Rp.500.000 /hari
Pada tahun 1995 saya ikut bergabung di perusaan PT. KESAYANGAN PRAKARSA (Kontraktor dan Suplier) untuk menduduki jabatan Manager Perusahaan dengan membawahi 7 anak perusahaan.
Sambil bekerja di PT. Kesayangan Prakarsa saya pindahkan usaha saya ke kota Lhokseumawe/Aceh Utara.
Di kota Lhokseumawe tepatnya di depan radio DIPRA saya harus memulai dari nol kembali. Sehingga omzet penjualan menurun dibandingkan dengan di Banda Aceh. Dengan kepindahan ke kota Lhokseumawe saya terpaksa harus membawa rombongan karyawan saya yang di Banda Aceh, akibatnya biaya operasional tinggi, disamping itu antusias masyarakat terhadap burger dan roti bakar kurang.
Usaha di Lhokseumawe hanya berjalan satu tahun saja, usaha saya tutup dan saya mengkonsentrasikan pada pekerjaan saya.
Setelah cukup banyak pengalaman sebagai Maneger Keuangan di PT. Kesayangan Prakarsa, saya memutuskan untuk hijrah ke kota Jakarta pada tahun 1997 untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi.
Maka dengan bermodal sisa gaji yang saya terima, saya memulai melangkah ke Jakarta.
Selama dua bulan saya mengajukan permohonan kerja di beberapa perusahaan, tidak ada satupun perusahaan yang memanggil saya, maka saya putuskan untuk kembali ke Banda Aceh.
Di Banda Aceh saya sempat menganggur selama 6 bulan dengan tanpa gaji, apalagi orang tua sudah pensiun.
Kebutuhan hidup keluarga kami hanya mengandalkan pensiunan dari orang tua.
Ada timbul keinginan untuk berjualan lagi, tapi uang tidak ada dan tabungan kosong sama sekali.
Alhamdulillah pada bulan April 1998 ada teman yang mau buka usaha burger, dan dia membeli peralatan (tempat panggang burger) saya dulu dengan harga Rp 200.000.
Dengan bermodal uang Rp 200.000 inilah saya kembali bersemangat untuk berjualan agar bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Uang tersebut hanya saya gunakan untuk membeli bahan saja, sementara peralatan kerja masih layak untuk digunakan.
Saya berjualan sendiri di depan warung adik saya dekat rumah dengan pertimbangan tidak perlu sewa tempat karena keterbatasan dana serta tidak ada tambahan biaya transportasi. Setelah berjalan selama 1 bulan penjualan hanya laku 15 s/d 20 porsi saja atau sekitar Rp.70.000,per hari, maka saya putuskan untuk pindah lokasi yang lebih strategis yaitu di pinggir jalan besar yang ramai dilalui orang.
Saya dapatkan sebuah restoran teman yang masih punya tempat untuk numpang jualan yang lokasinya di Jl. Mugayatsyah dan agak jauh dari rumah. Jauhnya lokasi membuat saya harus extra kerja dengan mengayuh sepeda sejauh 6 km pulang pergi.
Sepeda inilah saya gunakan setiap hari untuk menjalankan usaha, kalau di pagi hari jam 6 pagi saya harus ke pasar dengan sepeda sejauh 8 km pulang pergi untuk membeli bahan dagangan. Di siang hari sepeda tersebut kembali saya kayuh dengan membawa barang dagangan, begitu juga ketika pulangnya dilarut malam dengan kondisi tubuh yang sudah kelelahan saya harus kembali mengayuhkan sepeda untuk bisa sampai di rumah. Semua pekerjaan saya lakukan sendiri untuk memperkecil biaya karena daya jual masih sangat rendah.
Perjalan waktu satu bulan di tempat baru hanya bisa mendongkrak penjualan 10 porsi saja yaitu antara 20 s/d 30 ( Rp 100.000 ) perharinya. Keuntungan dari penjualan hanya cukup untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga saja.
Melihat angka penjualan yang stagnan maka saya mulai membaca literatur marketing tentang bagaimana memasarkan sebuah produk. Dengan izin Allah dari situ mulai terbuka pikiran saya betapa pentingnya marketing dalam menjalankan sebuah usaha.
Perubahan drastis mulai saya lakukan, pertama saya melakukan perubahan kualitas burger yang lebih baik, kedua menata outlet yang lebih indah, ketiga menjaga kebersihan outlet, keempat menciptakan kehangatan hubungan dengan pelanggan dengan bersikap ramah, kelima mempercepat kerja. Setelah lima langkah tersebut mampu saya lakukan dengan baik maka mulailah saya mengemas sebuah publikasi yang unik.
Publikasi yang saya lakukan adalah dengan membuat sebuah potongan papan triplek ukuran 60 x 15 cm dengan tulisan JEZZ BURGER pada baris atas dan tulisan JL. MUGAYATSAH 8 dengan perpaduan warna yang sangat kontras dan indah. Media iklan tersebut saya tempelkan pada pohon di sepanjang jalan di wilayah kota Banda Aceh. Sehingga kemanapun orang akan pergi pasti melihat papan iklan tersebut.
Alhamdulillah metoda tersebut berhasil sehingga angka penjualan meningkat antara 50 s/d 70 porsi ( Rp 200.000 ) di bulan kedua. Dengan adanya peningkatan penjualan saya mulai menambah karyawan yaitu adik saya sendiri. Angka penjualan terus meningkat dari hari ke hari sampai 100 porsi perharinya pada bulan ke 8, dan lagi lagi saya harus menambah seorang karyawan lagi untuk membantu operasional.
Dengan angka penjualan 100 porsi ( Rp. 300.000) per hari sudah cukup untuk membiayai keluarga dan sedikit menyimpan tabungan.
Saat penjualan mulai membaik datang seorang teman untuk meminta bantuan mengelola usahanya, untuk menduduki jabatan sebagai Maneger operasional di perusahan PT. ZEIN BERSAUDARA ( Distribution & Suplier ).
Alhamdulillah dimasa penjualan sudah mulai membaik ALLAH mempertemukan dengan seorang gadis cantik tamatan perguruan tinggi IAIN Ar-Raniri Banda aceh bernama CUT RABIATUN ADAWIYAH. Perkawinan saya tergolong lambat, usia saya saat itu 37 tahun dan istri saya 27 tahun, tapi saya percaya kepada Allah bahwa inilah waktu yang terbaik bagi saya untuk berumah tangga. Seluruh biaya perkawinan saya dibiayai oleh orang tua saya karena tabungan saya belum mencukupinya
Setelah usaha berjalan satu tahun saya mendapat tawaran dari teman kuliah untuk menyambung sewa toko yang belum habis masa sewa. Kesempatan inipun tidak saya sia-siakan, apalagi masa sewa dibayar sebulan sekali setelah saya menggunakannya.
Untuk memulai jualan di toko akan banyak pengeluaran membeli peralatan sebuah restoran, sementara tabungan saya tidak cukup dan saya coba berkonsultasi dengan istri. Alhamdulillah istri dengan senang hati menjual 10 mayam mas kawin yang saya berikan untuk membantu membeli peralatan restoran atau cafe.
Restoran itu kami beri nama JEZZ CAFE di Jalan Teuku Umar Banda Aceh. Pada awal 1999 kami mulai berjualn dengan format CAFE TERBUKA. Format cafe model ini belum ada saat itu sehingga ini menjadi daya tarik bagi kawula muda Banda Aceh.
Kami mulai menambahkan menu baru yaitu PISANG BAKAR KEJU. Sedangkan untuk katagori minuman kami menyediakan segala jenis jus, minuman botol, ES TELER dan MILKSHAKE.
Dengan format cafe yang kami tawarkan ternyata memberi dampak yang sangat baik bagi usaha kami. Saya mulai menambah lagi karyawan dan menggantikan sepeda dengan sepeda motor untuk operasional saya. Angka penjualan terus meningkat, saya telah mampu mempekerjakan 10 orang karyawan. Omset penjualan telah mencapai 1.500.000 per hari dengan penjualan 300 porsi burger dan roti ditambah penjualan minuman)
Kabar gembira muncul lagi dengan lahirnya anak kami yang pertama yang kami beri nama ABDURRAHMAN AL-MANSYOER yang menjadi amanah bagi kami untuk mendidiknya.
Toko yang tadinya kami sewa per bulan kini kami sewa pertahun dengan nilai kontrak 4 juta. Setelah waktu dua tahun menempati toko tersebut dimana pengunjung tidak tertampung lagi maka kami putuskan untuk menyewa toko yang di sebelahnya lagi dengan kapasitas pengunjung 160 orang, dan kami mulai menambah karyawan lagi menjadi 25 orang, Kami pun menambah menu-menu baru lagi seperti :
KENTANG GORENG, CREP, TOATS, OMELET, sedangkan untuk minuman kami menambah beberapa jenis seperti ICE CREAM, PUNCH, FLUTE.
Suasana toko saya tata sedimikian rupa dengan desain yang menarik, pengunjung semakin ramai, setiap sore cafe dipenuhi sesak oleh kawula muda, sehingga jalanan dibuat macet tiap sorenya. Target pasar saya saat itu memang kawula muda, ALHAMDULILLAH penjualan terus meningkat .
Ramainya pengunjung yang datang ke JEZZ CAFÉ membuat perusaan Rokok A Mild ikut mempromosikan produknya di Cafe. Kerjasamapun ditandatangani dan A Mild mempunyai hak eklusif untuk beriklan di Cafe, seluruh cafe dipenuhi oleh materi iklan A Mild.
Hak eklusif lainnya yang di dapat, mereka bisa menyelenggarakan LIVE Musik serta mendatangkan artis ibukota.
Saat itu JEZZ CAFÉ benar benar menjadi TRADE MARK bagi kawula muda Banda Aceh untuk kongko-kongko sore dan malam.
Dari hasil penjualan burger saya sudah bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga dan membantu seluruh anggota keluarga, dan saya juga sudah bisa membiayai perkawinan adik adik saya dan sudah bisa menyimpan tabungan.
Selama kurun waktu lima tahun saya sendiri selalu terjun langsung di warung untuk mengatur semua operasionalnya.
Disamping itu saya juga berusaha untuk dapat mengikuti kajian agama di pesantren.
Selama waktu tiga bulan saya belajar ilmu agama saya merasakan ada sesuatu yang kurang berkenan dengan apa yang saya dapati.
Saya mulai berdoa pada Allah “ YA ALLAH JIKA ADA TEMPAT LAIN YANG MEMBUAT SAYA BENAR BENAR TENTRAM, MAKA PERTEMUKANLAH SAYA DENGAN MEREKA “.
Alhamdulillah doa saya di kabulkan oleh ALLAH dan saya diketemukan dengan sebuah jamaah pengajian yang bermanhaj AHLUL SUNAH WAL JAMAAH yang murni mengambil dalil dari Al-Qur’an dan hadist yang shahih.
Dari situlah saya mulai mendapat hidayah dari Allah untuk tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadist dalam menyikapi setiap permasalahan hidup yang saya hadapi .
Saya mulai berkonsultasi dengan Ustad untuk menayakan status usaha saya dipandang dari sudut syariat islam.
Maka beberapa perubahan dratis mulai saya lakukan, walau resiko yang akan saya hadapi sangat besar. Saya harus istiqamah dan percaya bahwa “BARANG SIAPA YANG MEMBELA AGAMA ALLAH MAKA ALLAH AKAN MEMUDAHKAN SEGALA URUSANNYA”
Perubahan yang saya lakukan yaitu:
1. Menutup warung pada waktu shalat.
2. Tidak lagi menjual rokok.
3. Tidak lagi menyelenggarakan live musik.
4. Sedangkan menyedikan makan di tempat dan tidak adanya karyawan wanita belum saya berlakukan.
Dengan perubahan yang begitu drastis saya mulai menuai cemoohan dari pelanggan dan teman teman.
Gaya saya yang biayanya gaya anak gaul saya rubah menjadi gaya islami. Diantara cemoohan yang sangat berbekas sampai saat ini adalah ;
Pertama, “ Emang lu aja yang beragama islam, belagu amat lu.”
Kedua, asal ketemu teman saya dipanggil embeek ( menirukan suara kambing, karena saya berjenggot) dan banyak lagi cemoohan yang saya terima, saya tetap bersabar karena ini adalah ujian.
Banyaknya perubahan drastis yang saya lakukan membuat kawula muda mulai menjauh dari cafe kami, saya sadar mereka adalah kawula muda yang tidak mau digurui seperti itu, apalagi Cafe mulai bermunculan . Angka penjualanpun turun drastis, dari bulan ke bulan. Kalau sebelum saya berlakukan sistim dagang menurut syariat, saya bisa memperoleh keuntungan satu bulan mencapai 25 juta, maka ketika saya berlakukan peraturan seperti itu saya hanya memperoleh keuntungan cuma 2, 5 juta per bulan, tapi saya merasa senang karena itu lebih barokah.
Di saat saya mulai mengenal sunnah, kami dianugerahi anak kedua yang bernama Abdullah Al-Mansyoer.
Qadarullah tahun 2004 Banda Aceh di landa tunami, beberapa bagian bangunan saya hancur terkena gempa.
Satu bulan pertama setelah tsunami kita bisa berdagang, masyarakat terkonsentrasi untuk membantu korban tsunami.
Masa satu bulan membuat tabungan habis untuk keperluan dimasa tanggap darurat. Saya mengambil keputusan untuk tidak lagi melanjutkan usaha saya karena dua hal yang belum saya berlakukan tadi akan menjadi kurang barokah.
Bulan bulan berikutnya saya sama sekali tidak ada penghasilan dan hanya berharap bantuan dari orang tua dan saudara saudara, apalagi masa itu saya masih terlalu shok dengan Tsunami.
Setelah masa tenang terlalui saya mulai berpikir untuk bisa menghasilkan uang, kami sekeluarga sepakat untuk jualan “Nasi Gurih”. Kamipun mulai kerja keras lagi, ternyata usaha dagang nasi sangat menyita waktu dan hampir tidak ada waktu yang tersisa siang dan malam. Usaha ini hanya bertahan 1 bulan dan kamipun memutuskan untuk berhenti dagang nasi karena seluruh karyawan terlalu lelah.
Pada bulan April 2005,kami sepakat bersama istri untuk hijrah ke Jakarta untuk berdagang burger dan roti bakar. Langkah kamipun saat itu mulai tertuju ke Jakarta. Dengan bermodal hasil jualan nasi sebulan dan bantuan dari orang tua serta pinjaman saudara, saya membuka usaha di wilayah Lebak Bulus.
Penjualan nyaris tidak laku, malah lebih sering tidak laku sama sekali. Tabungan terus terkuras, untuk biaya hidup saja kami tidak dapat terpenuhi, lagi lagi kami meminta tambahan pinjaman dari saudara. Selama kurun waktu tujuh bulan penjualan benar benar nihil dan utangpun terus bertambah, kami hidup penuh dalam keprihatinan, malah beberapa waktu tidak satupun yang bisa dimakan lagi karena sisa uang sudah habis sama sekali.
Selanjutnya kami berkonsultasi dengan istri dan kamipun sepakat untuk kembali ke kampung halaman.
Uang untuk ongkos kembali tidak ada, kami berinisiatif untuk mengover kontrak toko, alhamdulillah ada yang mau. Uang yang kami peroleh digunakan untuk membeli tiket pesawat, tetapi untuk mengangkut seluruh peralatan kerja tidak ada, maka kamipun meminta tambahan pinjaman dana dari saudara sehingga total pinjaman sudah mencapai 40 juta.
Setiba di Banda Aceh pada bulan 12 tahun 2005 kami hidup dari nol kembali. Dengan kebaikan adik ipar yang meminjamkan dana sebesar 15 juta kami merenovasi kamar untuk disewakan kepada tamu dari luar Aceh dan luar negeri yang membantu rehabilitas area Tsunami.
Untuk mengisi perabot kamar kami mengutang Rp 10 juta di toko perabotan.
Alhamdulillah usaha dapat berjalan, dan keuntungan hanya cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari saja sementara utang belum bisa tertutupi.
Usaha sewa kamar hanya bisa bertahan selama satu tahun, tabungan sama sekali tidak ada. Dalam kondisi seperti ini kami mencoba lagi untuk kembali berjualan burger.
Penjualan dimulai dari berjualan di depan warung kakak ipar, selama tiga bulan tidak ada perkembangan sama sekali. Kemudian kami memutuskan untuk pindah ke kampus Unsyiah dekat fakultas ekonomi, tempat ini juga tidak mendongkrak penjualan. Selama tiga bulan kami bisa bertahan dan lagi-lagi kami harus kembali ke Neusu dekat rumah. Tapi ternyata penjualan burgerpun tidak mampu membiayai kebutuhan hari hari.
Peminat burger tidak mengalami peningkatan, sehingga kami tidak bisa mempekerjakan karyawan, semuanya ditangani sendiri. Istri dalam kondisi hamil harus bekerja extra siang dan malam tanpa ada pembantu, sementara saya pagi ke pasar siang sampai malam berjualan.
Akhir tahun 2006, dalam usia kandungan kehamilan sembilan bulan kami berkonsultasi dengan dokter kandungan tentang kondisi istri, secara fisik istri memang ukuran kehamilannya sangat besar. Dokter mengambil kesimpulan untuk operasi, biaya operasi 8 juta, sementara kami tidak punya uang sama sekali, qadarullah dengan kebaikan dokter, kami diberi bayar dulu sebesar uang yang kami punya. Anak ketiga yang lahir kami beri nama AISYAH AL-MANSYOER
Dari kunjungan saudara dan rekan rekan kami mendapatkan uang 3 juta, uang tersebut kami gunakan untuk menbayar biaya kelahiran, sedangkan sisa 5 juta kami berhutang lagi.
Qadarullah pada saat saya mendampingi Ustad mengisi ceramah di Meuredu Aceh Pidie, di tempat tersebut saya melihat ada pedagang BUBUR KANJI RUMBI ( bubur tradisional Aceh ) yang banyak peminatnya. Saya menjadi tertarik untuk mencoba berdagang bubur kanji rumbi. Pada awal bulan 7 tahun 2007, setelah berkonsultasi dengan istri dan ibu tiri saya kami sepakat untuk menambah menu dagangan. Alhamdulillah penjualan bubur kanji ada peminatnya, selanjutnya kami menambah jenis bubur tradisional aceh yaitu BUBUR IE BU PEUDAH.
Tapi penjualan tetap saja hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan sehari hari.
Pada bulan 10 tahun 2007 warung yang kami tempati di sewa sama orang lain, kami tidak punya tempat lagi untuk berdagang, dan kamipun pindah lokasi di depan warung nasi goreng DAUS.
Ditempat baru inipun penjualan tidak mengalami kenaikan, malah menurun. Dalam kondisi seperti ini suami adik saya meminjamkan uang sebesar 20 juta untuk menyewa sebuah toko di Jalan Teuku Umar Setui Banda Aceh, sehingga total utang kami mencapai 90 juta.
Akhir tahun 2007 kami mulai menempati tempat baru di pinggir jalan utama, ternyata penjualannya tidak mengalami kenaikan sama sekali.
Waktu sudah berjalan tiga bulan.
Qadarullah sore itu istri saya minta ikut ke pasar untuk belanja bahan jualan, kami singgah di warung langganan saya.
Di warung tersebut istri saya melihat beras ketan hitam dan membelinya untuk dibuat bubur ketan hitam. Setelah bubur dimasak, alhamdulillah rasanya sangat enak, saya sempat memberikan kepada karyawan saya, kami merekomendasi bubur yang dibuat istri untuk dijual.
Dengan penuh keberanian kami sepakat untuk coba menjual bubur ketan hitam fan bubur kacang hijau. Satu minggu sebelum penjualan kami telah pasang spanduk di depan warung dengan tulisan
“SEGERA HADIR BUBUR KETAN HITAM DAN KACANG HIJAU”.
Antusias pengunjung ternyata baik dan banyak menanyakan kapan kami jualan.
Tepat saat launching kedua bubur tersebut hanya dalam hitungan satu jam bubur terjual habis, keesokannya kami menambah porsi dan buburpun terjual habis, begitu seterusnya. Penjualan terus mengalami peningkatan
Pada bulan pertama penjualan mencapai 100 porsi, bulan kedua 150 porsi, bulan ketiga 200 porsi, bulan ke empat 250 porsi, bulan kelima 300 porsi.
Jenis buburpun kami tambah dengan bubur sumsum, bubur ayam dan bubur sagu.
Alhamdulillah pada bulan ke enam saya sudah bisa melunasi seluruh hutang saya sejumlah 90 juta.
Satu tahun setelah menjual aneka bubur (2008) kami menciptakan inovasi baru dengan menghadirkan BUBUR JAGUNG, alhamdulillah peminat BUBUR JAGUNG sangat banyak peminatnya .
Untuk operasional pengangkutan bubur saya masih menggunakan becak barang, dan baru pada tahun kedua (2009) saya sudah bisa membeli kendaraan baru secara kontan untuk kenderaan operasional serta merenovasi rumah.
Alhamdulillah usaha terus mengalami peningkatan sampai pada tahun ke tiga.
Pada tahun 2010 kami sepakat bersama istri untuk kembali ke Jakarta dengan membuka cabang baru.
Kehidupan baru di Depok mulai kami jalani, selama satu bulan saya mensurvei kompetitor dan area penjualan, akhirnya pilihan kami jatuh di kota Depok, dengan pertimbangan biaya sewa masih tergolong murah ( 50 % ) dibandingkan dengan Jakarta, disamping itu juga lokasinya yang dekat dengan rumah.
Dengan bermodal Rp 300 juta kami membuka outlet di Depok. Outlet kami tata sedemikian rupa dengan corak warna yang menyolok dan indah. Untuk desain background kami serahkan ahli desain, sedangkan pola tata ruang saya sendiri yang desain.
Untuk menarik minat pembeli maka saya buat texline :
“ BUBUR JAGUNG…..JANGAN BELI NANTI BISA KETAGIHAN” .
Untuk menjaga kulitas terbaik dari bubur yang kami produksi maka kami hanya menggunakan bahan yang terbaik baik import maupun lokal.
Proses pengolahan tanpa menggunakan bahan penyedap, tanpa pengawet, tanpa pewarna, tanpa pemanis buatan serta di produksi dengan memakai air mineral.
Konsep penjualan murni mengikuti syar’i diantaranya ;
1. Sumber dana yang kami gunakan tidak memakai dana BANK, untuk menghindari riba.
2. Warung tidak menyediakan tempat duduk agar tidak bercampurnya laki laki dan perempuan yang bukan muhrim dalam satu meja.
3. Setiap waktu shalat warung ditutup untuk sementara, mengikat hukum shalat berjamaah ke mesjid bagi laki-laki adalah wajib.
4. Karyawan menggunakan pakaian muslim.
5. Promosi produk kami lakukan lewat koran, jejaring social Facebook ( Aceh jezz bubur ) dan twitter (bubur_jagung) disamping itu juga kami promo di KASKUS (UNIK…bubur jagung yang enggak bisa dibeli ).
Promo demikian ternyata ampuh, penjualan kami pun di bulan bulan pertama sudah mencapai 100 porsi / hari, semua bubur kami hargai Rp. 15.000.
Untuk Outlet Depok kami menambah 2 jenis bubur baru yaitu BUBUR KETAN SAUS DURIAN dan BUBUR JALI. Penjualan terus meningkat mencapai 200 porsi pada bulan ketiga.
Tingginya daya jual dan sistim take a way serta tutupnya warung serta model jualan secara syariat menarik minat media televisi dan media cetak untuk mengexsposenya.
Kadarullah Stasion Televisi pertama yang meliput usaha bubur dari TRANS TV ( ACARA JELANG SIANG) berdampak sangat positif, sehingga hasil penjualan kami pada bulan ketiga sudah mencapi 300 porsi per hari.
Pada tahun 2011 kami kembali membuka cabang baru di CIBUBUR, di cibubur penjualan pada bulan pertama juga sudah mencapai 100 porsi.
Sekarang usaha sudah berjalan hampir lima tahun, total penjualan untuk ketiga wilayah sudah mencapai 1000 porsi dengan omset 15 juta perhari.
Alhamdulillah dengan hasil penjualan saya sudah bisa Umroh dua kali serta ikut mengumrohkan ketiga orang tua saya.
Sampai saat ini sudah 10 station Televisi meliput profil bubur jagung dan banyak juga dari media cetak maupun online yang meliputnya.
Qadarullah dengan banyaknya liputan dari media televisi dan cetak serta situs online membuat bubur jagung sudah mencapai BRAND IMAGE yang merupakan salah satu target kami.
Alhamdulillah hampir setiap hari kami mendapat tilpon dari masyarakat untuk bisa ikut bermitra (FRANCHISE), sekarang kami lagi mempersiapkan proses perizinan waralaba.
Liputan TV |
Cerita yang kami sampaikan ini sedikitpun tidak ada maksud untuk menyombongkan diri, tapi hanya sebagai ibrah dan sharing bagi pelanggan setia serta masyarakat pada umumnya, yang terpenting dari kisah ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa SEBUAH USAHA HARUS DI TEMPUH DENGAN PENUH PERJUANGAN DAN KESABARAN.
Perlu juga saya garis bawahi bahwa keberhasilan perjalan bisnis saya semata mata karena kehendak Allah…. Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah.
Bagi yang ingin punya rencana bermintra dengan kami dengan sistim FRANCHISE, maka kami ingin menyampaikan pesan bahwa:
KAMI TIDAK PERNAH MEMBERI JAMINAN KE PADA ANDA BAHWA ANDA AKAN MERAUP UNTUNG JIKA MENGGUNAKAN MEREK DAGANG ACEH JEZZ BUBUR.
Urusan rezeki adalah HAK ALLAH, ALLAH-lah yang menentukannya. Kita tidak pernah tau apa yang terjadi besok, tugas kita hanya bekerja keras dengan penuh kesabaran dan mohon doa pada Allah.
Penghargaan:
1. Pemateri CHEM ENTERPRENEUR DI KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA
2. Pemateri Talk show Kewirausahaan di Fakultas Pertanian, kampus UNSYIAH Banda aceh.
sumber
Post a Comment